Saturday, November 7, 2015

TEORI DAN PRAKTIK PEMBELAJARAN PAI DI SMP 2 KAPUAS HILIR

TEORI DAN PRAKTIK PEMBELAJARAN PAI
DI SMP 2 KAPUAS HILIR

MAKALAH
TEORI DAN PRAKTIK BELAJAR MENGAJAR PAI
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEMESTER III
LOKAL XI



DOSEN MATA KULIAH

Dr. H. HUSNUL YAQIN, M.Ed
Dr. M. DAUD YAHYA, M.Ag

OLEH
M. BAIDILLAH
NIM. 1402521312


PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI
BANJARMASIN
2015







KATA PENGANTAR

Dengan mengucap Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT, yang senantiasa selalu melimpahkan rahmat, taufik dan hidayahnya kepada kita semua. Shalawat dan salam atas junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW beserta sahabat, kerabat dan orang-orang yang mengikuti langkah beliau hingga akhir zaman. Sehingga penyusun dapat menyelesaiakan makalah ini yang berjudul TEORI DAN PRAKTIK PEMBELAJARAN PAI DI SMP 2 KAPUAS HILIR “.
Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memperluas wawasan dalam rangka memperbanyak ilmu pengetahuan dan juga sebagai salah satu syarat yang wajib di penuhi. Penyusun sepenuhnya sangat menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya di sebabkan keterbatasan pengetahuan penyusun oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan makalah ini yang akan datang.
Dalam proses penyelesaian makalah ini kami menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
Bapak Dr. H. Husnul Yaqin, M.Ed dan Dr. M. Daud Yahya, M.Ag selaku dosen mata kuliah Teori Dan Praktik Belajar Mengajar PAI
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi diri penyusun maupun bagi orang lain.
                                                                                    Banjarmasin,                          2015
                                                                                                       
                                                                                                       Penyusun

DAFTAR ISI


Halaman Judul
……………………………………………..………………………
i
Kata Pengantar
…………………………..…………………………………………
ii
Daftar isi
……………..………………………………………………………
iii



BAB I
PENDAHULUAN ............................................................................
1

A. Latar Belakang .............................................................................
1

B. Rumusan Masalah ........................................................................
1

C. Tujuan Penulisan  .........................................................................
2

D. Kegunaan Penulisan .....................................................................
2



BAB II
PEMBAHASAN ..............................................................................
3

A. Arti teori belajar ...........................................................................
3

B. Teori-teori Belajar dalam Pembelajaran Pendidikan Agama  
     Islam ...........................................................................................

4

C. Arti pembelajaran .........................................................................
7

D. Metode Pembelajaran PAI di SMP 2 Kapuas Hilir ......................
7

E. Psikologi Anak Usia SMP ............................................................
11



BAB III
PENUTUP ……………………………………………...………...
17

Simpulan……....………………………………………………….
17



DAFTAR PUSTAKA               





BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan Islam dalam era globalisasi ini menghadapi tantangan terutama moral sosial yaitu kegiatan penataan kehidupan yang paling baik yang seharusnya dialami oleh generasi muda agar mampu menghadapi masa depan dengan integritas (kesatuan) yang tangguh. Untuk itu maka Pendidikan Islam diharapkan mampu menyusun pola tata pikir yang sistematis untuk membinapribadi muslimyang kreatif dan berintegritas tinggi, sehingga mampu menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di masyarakat. Dengan demikian maka pendidikan Islamdapat mengajarkan moral positif  yang berakar pada nilai-nilai Islami, sebagai pendorong moral reasoning atau penalaran akhlak yang sangat dibutuhkan untuk menentukan pilihan dan keputusan tentang masalah-masalah  baru yang muncul dalam proses pembangunan ini.[1]
Mengingat begitu pentingnya pendidikan Agama Islam di sekolah khususnya di tingkat SMP, maka pendidikan agama Islam semestinya mendapatkan perhatian baik dari pihak pemerintah, guru agama Islam, maupun keluarga. Keberadaan pendidikan agama Islam merupakan suatu kekuatan yang sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan siswa dan masyarakat. Agama merupakan benteng yang dapat memelihara diri darisegala kekeliruan dan penyimpangan, sedangkan pendidikan agama merupakan tabir pembuka pengetahuan dan pemahaman mereka tentang perbuatan yang baik dan benar serta mengokohkan iman mereka.
Adapun tujuan diberikannya Pendidikan Agama Islam pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman peserta didik terhadap ajaran agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang yang lebih tinggi.
B.  Rumusan Masalah
1.      Apa saja arti teori belajar?
2.      Apa saja Teori-teori Belajar dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam?



3.      Apa saja definisi Pembelajaran?
4.      Apa saja Metode Pembelajaran PAI di SMP 2 Kapuas Hilir?
5.      Bagaimana Psikologi Anak Usia SMP?

C. Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui apa saja arti teori belajar.
2.      Untuk mengetahui apa saja teori-teori belajar dalam pembelajaran pendidikan agama islam.
3.      Untuk mengetahui apa saja definisi pembelajaran.
4.      Untuk mengetahui apa saja metode pembelajaran PAI di SMP 2 Kapuas Hilir.
5.      Untuk mengetahui bagaimana psikologi anak usia SMP.

D. Kegunaan Penulisan
1.      Sebagai salah satu bentuk sumbangan pemikiran terhadap suatu ilmu.
2.      Berbagi pemikiran dalam bentuk makalah untuk dikaji bersama dalam forum diskusi.
3.      Menyediakan sumber bacaan bagi para pembaca.






BAB II
PEMBAHASAN

A. Arti teori belajar
Belajar  merupakan  suatu  proses  usaha  sadar  yang  dilakukan  oleh  individu  untuk  suatu perubahan  dari  tidak  tahu  menjadi  tahu,  dari  tidak  memiliki  sikap  menjadi  bersikap  benar, dari  tidak  terampil  menjadi  terampil  melakukan  sesuatu.    Belajar  tidak  hanya  sekedar memetakan  pengetahuan  atau  informasi  yang  disampaikan.    Namun  bagaimana melibatkan  individu  secara  aktif    membuat  atau  pun  merevisi  hasil  belajar  yang  diterimanya menjadi  suatu  pengalamaan  yang  bermanfaat  bagi  pribadinya.    Pembelajaran  merupakan suatu  sistim  yang  membantu  individu  belajar  dan  berinteraksi  dengan  sumber  belajar  dan lingkungan.
Menurut Morgan dalam Gino (1988) menyatakan bahwa belajar adalah merupakan  salah satu yang relatif tetap dari tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman. Dengan  demikian  dapat diketahui bahwa belajar adalah usaha sadar yang dilakukan manusia melalui  pengalaman dan latihan untuk memperoleh kemampuan baru dan merupakan  perubahan  tingkah laku yang relatif tetap, sebagai akibat dari latihan. Menurut Hilgard menyatakan belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan  sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari  perbuatan yang ditimbulkan oleh lainnya.[2]
Teori adalah  seperangkat  azaz  yang  tersusun  tentang  kejadian­kejadian  tertentu  dalam dunia nyata dinyatakan oleh McKeachie  dalam  grendel  1991.[3]  Sedangkan  Hamzah menyatakan  bahwa  teori  merupakan  seperangkat preposisi  yang  didalamnya  memuat  tentang  ide,  konsep,  prosedur  dan  prinsip  yang  terdiri dari  satu  atau  lebih  variable  yang  saling  berhubungan  satu  sama  lainnya  dan  dapat dipelajari,  dianalisis  dan  diuji  serta  dibuktikan  kebenarannya.[4]  Dari  dua  pendapat  diatas Teori  adalah  seperangkat  azaz  tentang  kejadian­kejadian  yang  didalamnnya  memuat  ide, konsep,  prosedur  dan  prinsip   yang  dapat  dipelajari,  dianalisis  dan  diuji  kebenarannya.  Teori belajar  adalah  suatu  teori  yang  di  dalamnya  terdapat  tata  cara  pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas.
B. Teori-teori Belajar dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Manusia diciptakan Allah swt, dalam struktur yang paling baik di antara makhluk Allah yang lain. Struktur manusia terdiri atas unsur jasmaniah (fisikologis) dan rohaniah (psikologis). Dalam struktur jasmaniah dan rohaniah itu, Allah memberikan seperangkat kemampuan dasar yang memiliki kecenderungan berkembang, dalam psikologi disebut potensialitas atau disposisi, yang menurut aliran psikologi behaviourisme disebut prepotence reflexes (kemampuan dasar yang secara otomatis dapat berkembang).
Dengan demikian, maka ilmu pengetahuan mengalami perkembangan sampai kepada proses pembelajaran. Dalam perkembanganya merupakan suatu konsep-konsep atau teori-teori dalam aktivitas kegiatan belajar-mengajar.
1. Teori Fitrah
Dalam pandangan agama Islam kemampuan dasar atau pembawaan itu disebut dengan fitrah, kata yang berasal dari fathara, dalam pengertian etimologis mengandung arti kejadian. Kata fitrah disebutkan dalam al-Qur'an surah.Ar-Ruum/30: 30






30. Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
Di samping itu terdapat hadis Rasulallah saw.:
Abu Mu'awiyah menceritakan kepada kami, dari al-A'masy dari Abi Shalih dari Abi Hurairah r.a  berkata:  Rasulallah  saw.  telah  bersabda:  setiap  anak  dilahirkan  dalam keadaan fitrah, maka orang tuanyalah yang menjadikannya yahudi, nasrani, atau musyrik. (HR Ahmad).
Dari pengertian al-Qur'an dan Hadis di atas, dapat diambil pengertian secara terminologis sebagai berikut:
a.       Mengandung implikasi pendidikan yang berkonotasi kepada paham nativisme. Oleh karena kata fitrah mengandung makna kejadian yang di dalamnya berisi potensi dasar beragama yang benar lurus, yaitu Islam. Dengan potensi dasar ini tidak dapat diubah oleh siapa pun atau lingkungan apa pun, karena fitrah itu merupakan ciptaan Allah yang tidak akan mengalami perubahan baik isi maupun bentuknya dalam tiap pribadi manusia. Dengan demikian, ilmu pendidikan agama Islam bisa dikatakan berfaham nativisme, yaitu suatu paham yang menyatakan bahwa perkembangan manusia dalam hidupnya secara mutlak ditentukan oleh potensi dasarnya.
b.      Mengandung kecenderungan netral, dijelaskan dalam al-Qur'an surah An-Nahl/16: 78






78. dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.
Menurut Mohammad Fadhil al-Djamaly yang dikutip M. Arifin mengatakan, bahwa ayat di atas menjadi petunjuk untuk melakukan usaha pendidikan secara eksternal oleh peserta didik. Dengan demikian, pengertian fitrah menurut interpretasi kedua ini, tidak dapat sejalan dengan empirisme, karena faktor fitrah tidak hanya mengandung kemampuan dasar pasif yang beraspek hanya pada kecerdasan   semata  dalam  kaitannya  dengan  pengembangan  ilmu  pengetahuan, melainkan mengandung pada tabiat atau watak dan kecenderungan untuk mengacu kepada pengaruh lingkungan eksternal.
c.       Konsep al-Qur'an yang menunjukkan, bahwa tiap manusia diberikan kecenderungan nafsu untuk menjadikanya kafir bagi yang ingkar terhadap Tuhannya dan kecenderungan yang membawa sikap bertaqwa, menaati perintah Allah swt.
Jelaslah bahwa faktor kemampuan memilih yang terdapat dalam fitrah (human nature) manusia berpusat pada kemampuan berfikir sehat (berakal sehat), karena akal sehat mampu membedakan hal-hal yang benar dan yang salah. Sedangkan yang mampu memilih yang benar secara tepat hanyalah orang-orang berpendidikan sehat.
Sejalan dengan interpretasi tersebut, maka dikatakan bahwa pengaruh faktor lingkungan yang sengaja adalah pendidikan dan latihan berproses interaktif dengan kemampuan fitrah manusia. Dalam pengertian ini, pendidikan agama Islam berproses secara konvergensis yang dapat membawa kepada paham konvergensi dalam pendidikan agama Islam.
2. Teori Koneksionisme
Teori koneksionisme (connectionism) adalah teori yang ditemukan dan dikembangkan  oleh  Edward L. Thorndike berdasarkan eksperimen yang ia lakukan pada tahun 1980-an.  Eksperimen Thondike  ini  menggunakan  hewan-hewan  terutama  kucing untuk mengetahui  fenomena belajar.[5] Menurut teori ini belajar adalah  pembentukan  atau  penguatan  hubungan  antara  stimulus  dan  respons.[6] Misalnya,  seorang  guru  memberikan  pertanyaan  kepada  siswa,  Apa  kitab  suci  agama  Islam?  Kemudian siswa menjawab “Al  Qur’an”,  kemudian  guru  menilai  benar dan  dilanjutkan  tepuk  tangan.  Pertanyaan  Apa  kitab  suci  agama  Islam?  Itu  adalah  sebagai  stimulus,  sedangkan  jawaban  Al  Qur’an  adalah  sebagai  bentuk  respon,  dan  guru  menjawab  benar  dan  dilanjutkan  tepuk tangan itu sebagai penguat.
Dalam  penelitiannya Thorndike  menyimpulkan  bahwa proses belajar melalui dua bentuk yaitu  trial and error dan  law and effect.[7] Law  and effect  mengandung arti bahwa segala tingkah laku  yang  mengakibatkan  suatu keadaan  yang  memuaskan  akan diingat dan dipelajari dengan sebaik-baiknya. Adapun tingkah  laku  yang  mengakibatkan  ketidaksenangan  akan  diabaikan  dan dilupakan. Kaitannya dalam pendidikan adanya sistem reward and punishment,  dimana  guru akan memberikan  penghargaan  bagi  siswa yang bisa menjawab  pertanyaan  dan  siswa  yang  tidak  bisa  menjawab  pertanyaan diberi hukuman.
3.  Teori Pavlovionisme
Teori Pavlovionisme atau teori pembiasaan klasikal (clasical conditioning)  ini  berkembang  berdasarkan  eksperimen  yang dilakukan  oleh  Ivan  Pavlov,  seorang  ilmuwan  besar  Rusia  yang berhasil  menggondol  hadiah  Nobel  paa  tahun  1909.  Pada  dasarnya classical  conditioning  adalah  sebuah  prosedur  penciptaan  refleks baru  dengan cara mendatangkan stimulus sebelum terjadinya refleks tersebut.[8] Teori  ini  bisa  dikatakan  refleks  bersyarat.[9] Misalnya, seorang pengendara motor tentu akan berhenti  ketika melihat lampu lalu lintas berwarna merah dan akan segera bergerak ketika  melihat lampu lalu lintas berwarna hijau.
C. Arti pembelajaran
Pembelajaran  adalah  proses  yang  diselenggarakan  oleh  guru untuk  membelajarkan  siswa  dalam  belajar  bagaimana  belajar memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan dan sikap.[10] Prof. Dr. Sukintaka Pembelajaran  mengandung  pengertian,  bagaimana  para  guru mengajarkan sesuatu kepada peserta didik, tetapi disamping itu juga terjadi  peristiwa  bagaimana  peserta  didik  mempelajarinya.  Jadi,  di dalam  suatu  peristiwa  pembelajaran  terjadi  dua  kejadian  secara bersama,  ialah  pertama,  ada  satu  pihak  yang  memberi  dan  kedua, pihak lain yang menerima. Oleh sebab itu, dalam peristiwa tersebut dapat dikatakan terjadi proses interaksi edukatif.[11]
 D. Metode Pembelajaran PAI di SMP 2 Kapuas Hilir
1. Metode Ceramah
Secara bahasa metode ceramah yang berasal dari kata lecture,memiliki arti dosen atau  metode  dosen,  metode  ini  lebih  banyak dipergunakan dikalangan dosen, karena dosen memberikan kuliah mimbar dan disampaikan dengan ceramah dengan pertimbangan dosen berhadapan dengan banyak mahasiswa yang mengikuti perkuliahan.
Sedangkan secara istilah metode ceramah adalah cara penyampaian sebuah materi pelajaran dengan cara penuturan lisan kepada siswa atau khalayak ramai.[12] Metode ceramah disebut juga dengan metode mauidzah khasanah merupakan metode pembelajaran yang sangat populer dikalangan para pendidik agama islam. Metode ini menekankan pada pemberian dan penyampaian informasi kepada anak didik. Dalam pelaksanaannya, pendidik bisa menyampaikan materi agama dengan cara persuasive, memberikan motivasi, baik berupa kisah teladan atau memberikan metafora (amtsal) sehingga peserta didik dapat mencerna dengan mudah apa yang disampaikan.[13]
Metode ceramah adalah teknik penyampaian pesan pengajaran yang sudah lazim dipakai oleh para guru disekolah. Ceramah diartikan sebagai suatu cara penyampaian bahan secara lisan oleh guru dimuka kelas.[14] Metode ceramah yang berasal dari kata lecture,memiliki arti dosen atau metode dosen, metode ini lebih banyak dipergunakan dikalangan dosen, karena dosen memberikan kuliah mimbar dan disampaikan dengan ceramah dengan pertimbangan dosen berhadapan dengan banyak mahasiswa yang mengikuti perkuliahan. Metode cermah ini berbentuk penjelasan konsep, prinsip dan fakta pada akhir perkuliahan ditutup dengan Tanya jawab antara dosen dengan mahasiswa.[15]
2. Metode Demonstrasi
Demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif, sebab membantu siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri, berdasarkan fakta atau data yang benar. Metode demonstrasi merupakan metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekadar tiruan. Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak  terlepas   dari   penjelasan   secara   lisan   oleh  guru.   Walaupun   dalam   proses demonstrasi peran siswa hanya sekadar memerhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkret.[16]
3. Metode Diskusi
Metode  diskusi  adalah  cara  penyampaian  bahan  pelajaran  dimana  guru  memberi kesempatan  kepada  siswa  untuk  mengumpulkan  pendapat,  membuat  kesimpulan  atau menyusun  berbagai  alternatif  pemecahan masalah. Dalam  kehidupan modern  ini  banyak  sekali masalah  yang  dihadapi  oleh manusia;  sedemikian  kompleksnya masalah  tersebut,  sehingga  tak mungkin  hanya  dipecahkan  dengan  satu  jawaban  saja,  melainkan  harus  menggunakan  segala pengetahuan  yang  kita  miliki  untuk  mencari  pemecahan  yang  terbaik.  Ada  kemungkinan terdapat  lebih  dari  satu  jawaban  yang  benar  sehingga  kita  harus  menemukan  jawaban  yang paling tepat diantara sekian banyak jawaban tersebut.[17]
Kecakapan untuk memecahkan masalah tersebut dapat dipelajari. Untuk itu siswa harus dilatih  sejak  kecil.  Persoalan  yang  kompleks  sering  kita  jumpai  dalam  kehidupan bermasyarakat  karenanya  dibutuhkan  pemecahan  atas  dasar  kerjasama.  Dalam  hal  ini  diskusi merupakan  jalan  yang  banyak  memberi  kemungkinan  pemecahan  terbaik.  Selain  memberi kesempatan  untuk  mengembangkan  keterampilan  memecahkan  masalah,  juga  dalam kehidupan  yang  demokratis,  kita  diajak  untuk  hidup bermusyawarah,  mencari  keputusan keputusan atas dasar  persetujuan  bersama. Bagi  anak­anak,  latihan  untuk  peranan kepemimpinan serta peranan peserta dalam kehidupan di masyarakat.
Metode diskusi adalah metode  pembelajaran  yang  menghadapkan  siswa  pada  suatu permasalahan. Tujuan  utama  metode  ini  adalah  untuk  memecahkan  suatu  permasalahan, menjawab  pertanyaan,  menambah  dan  memahami  pengetahuan  siswa,  serta  untuk membuat suatu  keputusan .  Karena  itu,  diskusi  bukanlah  debat  yang  bersifat  mengadu  argumentasi. Diskusi  lebih  bersifat  bertukar  pengalaman  untuk  menentukan  keputusan  tertentu  secara bersama­sama. 
4. Metode Tanya Jawab
Metode Tanya jawab adalah penyampaian pelajaran dengan cara guru mengajukan pertanyaan dan murid menjawab, atau sebaliknya.[18]Dalam pengertian lain yaitu menurut Ahmad Munjin Nasih metode Tanya jawab adalah suatu metode pembelajaran yang menekankan pada cara penyampaian materi pembelajaran oleh guru dengan jalan mengajukan pertanyaan dan peserta didik memberikan jawaban.[19] Menurut Basyiruddin usman metode Tanya jawab adalah penyampaian pesan pengajaran dengan cara mengajukan pertanyaan­ pertanyaan dan siswa memberikan jawaban, atau sebaliknya siswa diberi kesempatan bertanya dan guru menjawab pertanyaan.[20]
Pada hakekatnya metode tanya jawab berusaha menanyakan apakah siswa telah mengetahui fakta­fakta tertentu yang sudah diajarkan, dalam hal lain guru juga bermaksud ingin mengetahui tingkat­tingkat proses pemikiran siswa. Melalui metode tanya­jawab guru ingin mencari jawaban yang tepat dan faktual.
5. Metode Resitasi
Metode pemberian tugas merupakan metode pembelajaran yang menekankan pada pemberian tugas oleh guru kepada anak didik untuk menyelesaikan sejumlah kecakapan, keterampilan tertentu. Selanjutnya hasil penyelesaikan tugas tersebut dipertanggungjawabkan kepada guru. Dalam pelaksanaannnya anak didik tidak hanya dapat menyelesaikan dirumah tetapi dapat juga menyelesaikan diperpustakaan, laboratorium, ruang praktikum dan lain sebaginya.[21]
Metode resitasi, disamping merangsang siswa untuk aktif belajar, baik individual maupun berkelompok, juga menanamkan tanggung jawab. Oleh sebab itu tugas dapat diberikan secara individual ataupun secara berkelompok.
Dalam pembelajaran pendidikan agama islam, metode resitasi dapat digunakan untuk  berbagai  materi  yang  terakit  erat  dengan  aspek knowledge,  aspek  afeksi dan psikomotor. Materi­materi yang bisa diajarkan dengan metode resitasi ini misalnya materi tentang sejarah islam dan lain sebagainya.[22]

E. Psikologi Anak Usia SMP
1.  Pengertian Dan Ruang Lingkup Anak Usia SMP
Remaja dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa adolescereyang berarti “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”. Perkembangan lebih lanjut, istilah  adolescence sesungguhnya memiliki arti mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik.
Secara umum remaja dapat didefinisikan sebagai suatu tahap perkembangan pada individu, dimana remaja mengalami perkembangan biologis, psikologis dan lain-lain. Remaja juga merupakan pola identifikasi dari anak-anak menjadi dewasa. Dapat dikatakan juga, bahwa remaja adalah masa transisi dari periode anak-anak menuju dewasa. Untuk memudahkan identifikasi, biasanya masa remaja dibatasi oleh waktu tertentu.
WHO membagi 2 tahap usia remaja yaitu:
a.  Remaja Awal : 10 – 14 tahun
b.  Remaja akhir : 15 – 20 tahun
Oleh karena itu, anak usia Sekolah Menengah Pertama (SMP) dapat dikategorikan sebagai anak usia remaja awal. Pada umumnya ketika usia Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah masa remaja awal setelah mereka melalui masa-masa pendidikan Sekolah Dasar. Remaja awal ini berkisar antara umur 10-14 tahun. Masa remaja awal atau masa puber adalah periode unik dan khusus yang ditandai dengan perubahanperubahan perkembangan yang tidak terjadi dalam tahap-tahap lain dalam rentang kehidupan.
Pengkategorian  anak  menurut  usia  dapat  dilihat  dari  berbagai  aspek,  tergantung  urgensinya.  Dilihat  dariperiodisasi  pertumbuhan  dan  perkembangan manusia, Elizabeth B. Hurlock (Galih Rosy, 2007) memberikankategori sebagai berikut:
Prenatal : Saat konsepsi sampai lahir
Masa Neonatus : lahir sampai akhir minggu kedua setelah lahir
Masa Bayi : Akhir minggu kedua sampai akhir tahun kedua
Masa kanak­kanak awal : 2 tahun sampai 6 tahun
Masa kanak­kanak akhir : 6 sampai 10/11 tahun
Pubertas : 10/12 sampai 13/14 tahun
Masa Remaja Awal : 13/14 – 17 tahun
Masa Remaja Akhir : 17 – 21 tahun
Masa Dewasa Awal : 21 – 40 Tahun
Masa Setengah Baya : 40 – 60 tahun
Masa Tua : 60 – meninggal dunia
Dengan  demikian  kategori  anak  usia  12  –  15  tahun  berada  dalam  masa    pubertas  hingga  masuk  masaremaja awal.
Kemudian  secara  biologis  Prof.  Dr.  Ny.  Sumiati  Ahmad  Mohammad  (Galih  Rosy,  2007)  membagi periodisasi perkembangan manusia sebagai berikut :
0­1 tahun = masa bayi
1­6 tahun = masa prasekolah
6­10 tahun = masa sekolah
10­20 tahun = masa pubertas
40­65 tahun = masa setengah umur (prasenium)
65 tahun keatas = masa lanjut usia ( senium)
Dengan  demikian  secara  biologis  kategoti  anak  usia  12  –  15  tahun  berada  dalam  masa  pubertas  (10  –  20 tahun).
Dilihat  dari  aspek  pendidikan,  pada  Data  Statistik  Indonesia  (Gunawan,  2006)  diperoleh  kategori  usiaberdasarkan jenjang pendidikan yang penulis modifikasi sebagai berikut :
No
Jenjang Pendidikan
Kelompok Usia
1
PRA SEKOLAH
0 – 6 tahun
2
SD
7 – 12 tahun
3
SMP
13 – 15 tahun
4
SMU
16 – 19 tahun
5
PT
19 tahun ke atas



Berdasarkan  uraian  di  atas  kita  dapat  menyimpulkan  bahwa  kategori  anak  usia  13  –  15  tahun  termasukdalam masa remaja, masa pubertas dan masa sekolah pada jenjang Sekolah Menengah Pertama.
2.  Ciri-ciri Masa Remaja
Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik maupun psikologis. Ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja.
a.  Ciri Fisik/Biologis
Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi pertama pada remaja perempuan dan perubahan suara pada remaja laki-laki. Saat itu, secara biologis remaja mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan seorang anak tiba-tiba memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi.
Pada masa pubertas, hormon seseorang menjadi aktif dalam memproduksi dua jenis hormon (gonadotrophinsatau gonadotrophic hormones) yang saling berhubungan dengan pertumbuhan, yaitu : 1) Follicle–Stimulating Hormone(FSH); dan Luteinizing Hormone (LH). Pada anak perempuan, kedua hormon tersebut merangsang pertumbuhan  estrogendan  progesterone;  dua jenis hormon kewanitaan. Pada anak laki-laki, luteinizing hormoneyang juga dinamakan Interstitial-Cell Stimulating Hormone(ICSH) merangsang pertumbuhan testosterone. Pertumbuhan secara cepat dari hormonhormon tersebut diatas merubah sistem biologis seorang anak.
Anak perempuan akan mendpat menstruasi, sebagai pertanda bahwa system reproduksinya sudah efektif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti payudara mulai berkembang. Anak laki-laki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara, otot dan fisik lainnya yang berhubungan dengan tumbuhnya hormone testosterone. Bentuk fisik mereka akan berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan membawa mereka pada dunia remaja.
b.  Ciri Psikologis
Secara umum, dari sisi psikologis seorang remaja memiliki beberapa ciri sebagai berikut:
1) Kegelisahan
Remaja mempunyai banyak idealisme angan-angan atau keinginan yang hendak diwujudkan di masa depan. Akan tetapi sesungguhnya remaja belum memiliki banyak kemampuan yang memadai untuk mewujudkan semua itu. Tarik menarik antara angan yang tinggi dengan kemampuan yang belum memadai mengakibatkan mereka diliputi perasaan gelisah.  
2) Pertentangan
Pertentangan pendapat remaja dengan lingkungan khususnya orang tua mengakibatkan kebingungan dalam diri remaja itu sendiri maupun pada orang lain.
3) Mengkhayal
Keinginan menjelajah dan berpetualang tidak semuanya tersalurkan. Biasanya terhambat dari segi biaya, oleh karena itu mereka lalu mengkhayal mencari kepuasan. Khayalan ini tidak selamanya bersifat negatif, justru kadang menjadi sesuatu yang konstruktif. Misalnya munculnya sebuah ide cemerlang.
4)  Aktivitas kelompok
Berbagai macam keinginan remaja dapat tersalurkan setelah mereka berkumpul dengan rekan sebaya untuk melakukan kegiatan bersama.
5)  Keinginan mencoba segala sesuatu
Remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi (high curiosity), mereka lalu menjelajah segala sesuatu dan mencoba segala sesuatu yang belum pernah dialaminya.
Ciri-ciri penting pada masa remaja awal atau anak SMP sebagai berikut :
a)  Pada masa ini terjadi kematangan alat-alat seksual
Dengan tumbuh dan kembangnya fungsi-fungsi organ maka ciriciri seks sekunder mulai berkembang seperti tumbuhnya rambut pubis dan timbulnya jakunpada anak laki-laki. Sedangkan pada anak perempuan mulai memasuki masa menstruasi dan mulai tumbuhnya  buah  dada.  Dengan  adanya   kedewasaan  biologis  ini,  remaja  memilik kemampuan biologis yang sama dengan orang-orang dewasa lainnya dalam hal reproduksi.
b)  Masa remaja awal merupakan periode yang singkat
Dibandingkan dengan banyaknya perubahan yang terjadi di dalam perkembangan manusia maka masa puber merupakan periode yang paling singkat, yaitu sekitar dua sampai empat tahun pada usianya.
c)  Masa remaja awal merupakan masa pertumbuhan dan perubahan yang pesat
Perubahan-perubahan yang pesat ini akan menimbulkan dampak pada anak. Misalnya timbul keraguan, perasaan tidak mampu dan tidak aman dan dalam beberapa hal memungkinkan timbulnya perilaku negatif.
d)  Masa remaja awal merupakan masa negatif
Pada masa ini anak cenderung mengambil sikap anti terhadap kehidupan atau kehilangan sifat-sifat baiknya yang pada masa sebelumnya sudah berkembang. Kondisi ini merupakan sesuatu yang wajar. Beberapa ahli psikologi perkembangan menyebut ini sebagai masa negatifistik kedua.
3. Perkembangan anak usia SMP
Selama di SMP/ MTs seluruh aspek perkembangan manusia yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik mengalami perubahan sebagai masa transisi dari masa anak-anak menjadi masa dewasa. Masa remaja danperubahan yang menyertainya merupakan fenomena yang harus di hadapi oleh guru.
a.  Perkembangan aspek kognitif
Arajoo T.V (1986) menyatakan bahwa aspek kognitif meliputi fungsi intelektual seperti pemahaman, pengetahuan dan ketrampilan berpikir. Untuk siswa SMP perkembangan kognitif utama yang dialami adalah formal operasional, yang mampu berpikir abstrak dengan menggunakan simbol-simbol tertentu atau mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal yang tidak terikat lagi oleh objek-objek yang bersifat konkrit, seperti peningkatan kemampuan analisis, kemampuan mengembangkan suatu kemungkinan berdasarkan dua atau lebih kemungkinan yang ada, kemampuan menarik generalisasi dan inferensasi dari berbagai kategori objek yang beragam. Selain itu ada peningkatan fungsi intelektual, kapabilitas memori dalam bahasa dan perkembangan konseptual. Dengan kata lain, bahasa merupakan salah satu alat vital untuk kegiatan kognitif.
b.  Perkembangan aspek afektif
Menurut Arajoo T.V (1986), ranah afektif menyangkut perasaan, modal dan emosi. Perkembangan afektif siswa SMP mencakup proses belajar perilaku dengan orang lain atau sosialisasi. Sebagian besar sosialisasi berlangsung lewat pemodelan dan peniruan orang lain.
c.  Perkembangan psikomotorik
Wuest & Combardo (1974) menyatakan bahwa perkembangan aspek psikomotorik seusia SMP ditandai dengan perubahan jasmani dan fisiologis sex yang luar biasa. Salah satu perubahan luar biasa tersebut adalah perubahan pertumbuhan tinggi badan dan berat badan, sering menganggap diri mereka serba mampu, sehingga seringkali mereka terlihat “tidak memikirkan akibat” dari perbuatan mereka, dan kadang mengalami proses pencarian jati diri.[23]


BAB III
PENUTUP

Simpulan
1.      Belajar  merupakan  suatu  proses  usaha  sadar  yang  dilakukan  oleh  individu  untuk  suatu perubahan  dari  tidak  tahu  menjadi  tahu,  dari  tidak  memiliki  sikap  menjadi  bersikap  benar, dari  tidak  terampil  menjadi  terampil  melakukan  sesuatu
2.      Teori belajar pembelajaran PAI1 yaitu Teori Fitrah, Teori Koneksionisme, Teori Pavlovionisme, Teori Pembiasaan Perilaku Respons.
3.      Pembelajaran  adalah  proses  yang  diselenggarakan  oleh  guru untuk  membelajarkan  siswa  dalam  belajar  bagaimana  belajar memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan dan sikap.
4.      Metode Pembelajaran PAI di SMPN 2 Kapuas Hilir : metode ceramah, metode demonstrasi, metode tanya jawab, metode diskusi, dan metode resitasi (penugasan).
5.      Secara umum remaja dapat didefinisikan sebagai suatu tahap perkembangan pada individu, dimana remaja mengalami perkembangan biologis, psikologis, moral dan agama.

















DAFTAR PUSTAKA




Arief, Armai, Pengantar  Ilmu dan Metodologi Pendidikan  Islam, Jakarta Selatan, Ciputat  Pers, 2002

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta, PT. Rineka Cipta, 2006

Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar, Jakarta, Rineka Cipta, 2011

Hamzah, “Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Matematika Siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri di Bandung Melalui Pendekatan Problem Posing”. Desertasi Doktor pada PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan

Mahmud, Psikologi Pendidikan, Bandung, CV. Pustaka Setia, 2010

Martinis. Strategi  Pembelajaran  Berbasis  Kompetensi, Jakarta, Gaung  Persada, 2009

Nasih, Ahmad Munjin.  Metode  dan  Teknik  Pembelajaran  Pendidikan  Agama  Islam. Bandung, PT  Refika  Aditama, 2009

Nasih, Ahmad Munjin.  Metode  dan  Teknik  Pembelajaran  Pendidikan  Agama  Islam. Bandung, PT Adikata Pertama, 2001

Syah, Muhibbin  ,  Psikologi  Pendidikan  suatu  Pendekatan  Baru,  Cet.  III,  Bandung,  Remaja Rosdakarya, 1996

Sukintaka, Teori Pendidikan Jasmani, Filosofis, Pembelajaran dan Masa Depan, Bandung, Nuansa Cendekia, 2004

Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan. Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2010

Tim Dosen IAIN Sunan Ampel Malang. Dasar-Dasar Kependidikan Islam, Surabaya, PT. Karya Aditama

Uno, Hamzah B, Perencanaan pembelajaran, Jakarta, Bumi Aksara, 2006

Usman, M. Basyiruddin.  Metodologi  Pembelajaran  Agama  Islam, Jakarta  Selatan, Ciputat  Pers, 2002









[1] Tim Dosen IAIN Sunan Ampel Malang. Dasar-Dasar Kependidikan Islam (Surabaya: P.T Karya Aditama) hlm 127
[2] Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), h.232
[3] Hamzah B Uno, Perencanaan pembelajaran, (Jakarta : Bumi Aksara, 2006), h. 4
[4] Hamzah, “Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Matematika Siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri di Bandung Melalui Pendekatan Problem Posing”. Desertasi Doktor pada PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan

[5] Muhibbin  Syah,  Psikologi  Pendidikan  suatu  Pendekatan  Baru,  Cet.  III,  (Bandung:  Remaja Rosdakarya, 1996), h. 103.
[6] Mahmud, Psikologi Pendidikan, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010), h. 75
[7] Mahmud, Psikologi Pendidikan, ibid., h. 76
[8] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan suatu Pendekatan Baru, op.cit., h. 105
[9] Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), h. 26
[10] Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), h. 157.
[11] Sukintaka, Teori Pendidikan Jasmani, Filosofis, Pembelajaran dan Masa Depan, (Bandung: Nuansa Cendekia, 2004), h. 55
[12] Armai  Arief, Pengantar  Ilmu dan Metodologi Pendidikan  Islam, (Jakarta Selatan: Ciputat  Pers, 2002), h.135­ 136
[13] Ahmad Munjin  Nasih.  Metode  dan  Teknik  Pembelajaran  Pendidikan  Agama  Islam. (Bandung: PT  Refika  Aditama, 2009), h. 49­ 50
[14] M. Basyir uddin  Usman.  Metodologi  Pembelajaran  Agama  Islam, (Jakarta  Selatan: Ciputat  Pers, 2002),  h. 34
[15] Martinis. Strategi  Pembelajaran  Berbasis  Kompetensi, (Jakarta: Gaung  Persada, 2009),  h. 65
[16] Armai  Arief , Pengantar  Ilmu  dan Metodologi  Pendidikan  Islam, op. cit., h. 100
[17]Ahmad Munjin  Nasih.  Metode  dan  Teknik  Pembelajaran  Pendidikan  Agama  Islam, op. cit., h.57
[18]Armai  Arief , Pengantar  Ilmu  dan Metodologi  Pendidikan  Islam, op. cit., h. 140
[19]Ahmad Munjin  Nasih.  Metode  dan  Teknik  Pembelajaran  Pendidikan  Agama  Islam. op. cit., h.53
[20] Basyiruddin Usman.  Metodologi  Pembelajaran  Agama  Islam. (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h.43
[21]Ahmad Munjin Nasih.  Metode  dan  Teknik  Pembelajaran  Pendidikan  Agama  Islam. (Bandung: PT Adikata Pertama, 2001), h. 71
[22]Ahmad Munjin. Metode dan Teknik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Ibid., h. 71

[23]Program Pengembangan Kompetensi Profesi Pendidik (Ppkpp), “Identitas Dan Karakteristik Peserta Didik Usia Sekolah Menengah Pertama” (Universitas Ahmad Dahlan: 2009), h. 3-7


Teori dan Praktik SMPN 2 Kapuas Hilir






No comments:

Post a Comment