TEORI DAN PRAKTIK PEMBELAJARAN PAI
DI SMP 2 KAPUAS HILIR
MAKALAH
TEORI DAN PRAKTIK BELAJAR MENGAJAR PAI
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEMESTER III
LOKAL XI
DOSEN MATA KULIAH
Dr. H. HUSNUL YAQIN, M.Ed
Dr. M. DAUD YAHYA, M.Ag
OLEH
M. BAIDILLAH
NIM. 1402521312
PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI
BANJARMASIN
2015
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap Alhamdulillah puji
syukur kehadirat Allah SWT, yang senantiasa selalu melimpahkan rahmat, taufik
dan hidayahnya kepada kita semua. Shalawat dan salam atas junjungan kita Nabi
besar Muhammad SAW beserta sahabat, kerabat dan orang-orang yang mengikuti
langkah beliau hingga akhir zaman. Sehingga penyusun dapat menyelesaiakan
makalah ini yang berjudul “TEORI DAN PRAKTIK PEMBELAJARAN PAI DI SMP 2 KAPUAS HILIR “.
Penyusunan makalah ini dimaksudkan
untuk memperluas wawasan dalam rangka memperbanyak ilmu pengetahuan dan juga
sebagai salah satu syarat yang wajib di penuhi. Penyusun sepenuhnya sangat
menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya di sebabkan
keterbatasan pengetahuan penyusun oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan makalah
ini yang akan datang.
Dalam proses penyelesaian makalah
ini kami menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih sebesar-besarnya
kepada:
Bapak Dr. H. Husnul Yaqin, M.Ed dan Dr. M. Daud Yahya, M.Ag selaku
dosen mata kuliah Teori Dan
Praktik Belajar Mengajar PAI
Akhirnya penyusun mengharapkan
semoga makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi diri penyusun maupun
bagi orang lain.
Banjarmasin, 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
Judul
|
……………………………………………..………………………
|
i
|
Kata
Pengantar
|
…………………………..…………………………………………
|
ii
|
Daftar
isi
|
……………..………………………………………………………
|
iii
|
BAB
I
|
PENDAHULUAN
............................................................................
|
1
|
A. Latar Belakang
.............................................................................
|
1
|
|
B. Rumusan Masalah ........................................................................
|
1
|
|
C. Tujuan Penulisan
.........................................................................
|
2
|
|
D.
Kegunaan Penulisan .....................................................................
|
2
|
|
BAB
II
|
PEMBAHASAN ..............................................................................
|
3
|
A. Arti teori belajar ...........................................................................
|
3
|
|
B. Teori-teori Belajar dalam
Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam ...........................................................................................
|
4
|
|
C. Arti pembelajaran .........................................................................
|
7
|
|
D. Metode Pembelajaran PAI di
SMP 2 Kapuas Hilir ......................
|
7
|
|
E. Psikologi Anak Usia SMP ............................................................
|
11
|
|
BAB
III
|
PENUTUP
……………………………………………...………...
|
17
|
Simpulan……....………………………………………………….
|
17
|
|
DAFTAR PUSTAKA
|
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan Islam dalam era
globalisasi ini menghadapi tantangan terutama moral sosial yaitu kegiatan
penataan kehidupan yang paling baik yang seharusnya dialami oleh generasi muda
agar mampu menghadapi masa depan dengan integritas (kesatuan) yang tangguh.
Untuk itu maka Pendidikan Islam diharapkan mampu menyusun pola tata pikir yang
sistematis untuk membinapribadi muslimyang kreatif dan berintegritas tinggi,
sehingga mampu menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di masyarakat.
Dengan demikian maka pendidikan Islamdapat mengajarkan moral positif yang berakar pada nilai-nilai Islami, sebagai
pendorong moral reasoning atau penalaran akhlak yang sangat dibutuhkan untuk
menentukan pilihan dan keputusan tentang masalah-masalah baru yang muncul dalam proses pembangunan ini.[1]
Mengingat begitu pentingnya
pendidikan Agama Islam di sekolah khususnya di tingkat SMP, maka pendidikan
agama Islam semestinya mendapatkan perhatian baik dari pihak pemerintah, guru
agama Islam, maupun keluarga. Keberadaan pendidikan agama Islam merupakan suatu
kekuatan yang sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan siswa dan masyarakat.
Agama merupakan benteng yang dapat memelihara diri darisegala kekeliruan dan
penyimpangan, sedangkan pendidikan agama merupakan tabir pembuka pengetahuan
dan pemahaman mereka tentang perbuatan yang baik dan benar serta mengokohkan
iman mereka.
Adapun tujuan diberikannya
Pendidikan Agama Islam pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah untuk
meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman peserta didik
terhadap ajaran agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan
bertakwa kepada Allah SWT, serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,serta untuk dapat melanjutkan pada
jenjang yang lebih tinggi.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa saja arti teori
belajar?
2. Apa saja Teori-teori
Belajar dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam?
3. Apa saja definisi Pembelajaran?
4. Apa saja Metode Pembelajaran PAI di SMP
2 Kapuas Hilir?
5. Bagaimana
Psikologi Anak Usia SMP?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui
apa saja arti teori belajar.
2. Untuk mengetahui
apa saja teori-teori belajar dalam pembelajaran pendidikan
agama islam.
3. Untuk mengetahui apa saja definisi pembelajaran.
4. Untuk mengetahui apa saja metode pembelajaran PAI di SMP
2 Kapuas Hilir.
5. Untuk mengetahui bagaimana
psikologi anak usia SMP.
D. Kegunaan Penulisan
1.
Sebagai salah satu bentuk sumbangan pemikiran terhadap
suatu ilmu.
2.
Berbagi pemikiran dalam bentuk makalah untuk dikaji
bersama dalam forum diskusi.
3.
Menyediakan sumber bacaan bagi para pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Arti teori belajar
Belajar merupakan
suatu proses usaha
sadar yang dilakukan
oleh individu untuk
suatu perubahan dari tidak
tahu menjadi tahu,
dari tidak memiliki
sikap menjadi bersikap
benar, dari tidak terampil
menjadi terampil melakukan
sesuatu. Belajar tidak
hanya sekedar memetakan pengetahuan
atau informasi yang
disampaikan. Namun bagaimana melibatkan individu
secara aktif membuat
atau pun merevisi
hasil belajar yang
diterimanya menjadi suatu pengalamaan
yang bermanfaat bagi
pribadinya. Pembelajaran merupakan suatu sistim yang
membantu individu belajar
dan berinteraksi dengan
sumber belajar dan lingkungan.
Menurut Morgan dalam Gino (1988) menyatakan
bahwa belajar adalah merupakan salah
satu yang relatif tetap dari tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa belajar adalah usaha sadar
yang dilakukan manusia melalui
pengalaman dan latihan untuk memperoleh kemampuan baru dan merupakan perubahan
tingkah laku yang relatif tetap, sebagai akibat dari latihan. Menurut Hilgard
menyatakan belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan,
yang keadaannya berbeda dari perbuatan
yang ditimbulkan oleh lainnya.[2]
Teori adalah seperangkat
azaz yang tersusun
tentang kejadiankejadian tertentu
dalam dunia nyata dinyatakan oleh McKeachie dalam grendel
1991.[3]
Sedangkan Hamzah menyatakan
bahwa teori merupakan
seperangkat preposisi yang didalamnya
memuat tentang ide,
konsep, prosedur dan
prinsip yang terdiri dari
satu atau lebih
variable yang saling
berhubungan satu sama
lainnya dan dapat dipelajari, dianalisis
dan diuji serta
dibuktikan kebenarannya.[4] Dari
dua pendapat diatas Teori
adalah seperangkat azaz
tentang kejadiankejadian yang
didalamnnya memuat ide, konsep,
prosedur dan prinsip yang
dapat dipelajari, dianalisis
dan diuji kebenarannya. Teori belajar adalah suatu
teori yang di
dalamnya terdapat tata
cara pengaplikasian kegiatan
belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan metode pembelajaran yang akan
dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas.
B. Teori-teori Belajar dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Manusia diciptakan Allah swt, dalam
struktur yang paling baik di antara makhluk Allah yang lain. Struktur manusia
terdiri atas unsur jasmaniah (fisikologis) dan rohaniah (psikologis). Dalam
struktur jasmaniah dan rohaniah itu, Allah memberikan seperangkat kemampuan
dasar yang memiliki kecenderungan berkembang, dalam psikologi disebut
potensialitas atau disposisi, yang menurut aliran psikologi behaviourisme
disebut prepotence reflexes (kemampuan dasar yang secara otomatis dapat
berkembang).
Dengan demikian, maka ilmu pengetahuan
mengalami perkembangan sampai kepada proses pembelajaran. Dalam perkembanganya
merupakan suatu konsep-konsep atau teori-teori dalam aktivitas kegiatan
belajar-mengajar.
1. Teori Fitrah
Dalam pandangan agama Islam
kemampuan dasar atau pembawaan itu disebut dengan fitrah, kata yang berasal
dari fathara, dalam pengertian etimologis mengandung arti kejadian. Kata fitrah
disebutkan dalam al-Qur'an surah.Ar-Ruum/30: 30
30. Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
Di samping itu terdapat hadis
Rasulallah saw.:
Abu Mu'awiyah menceritakan kepada kami, dari al-A'masy dari Abi
Shalih dari Abi Hurairah r.a berkata: Rasulallah saw. telah
bersabda: setiap anak
dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka orang tuanyalah yang menjadikannya yahudi,
nasrani, atau musyrik. (HR Ahmad).
Dari pengertian al-Qur'an dan Hadis
di atas, dapat diambil pengertian secara terminologis sebagai berikut:
a.
Mengandung
implikasi pendidikan yang berkonotasi kepada paham nativisme. Oleh karena kata
fitrah mengandung makna kejadian yang di dalamnya berisi potensi dasar beragama
yang benar lurus, yaitu Islam. Dengan potensi dasar ini tidak dapat diubah oleh
siapa pun atau lingkungan apa pun, karena fitrah itu merupakan ciptaan Allah
yang tidak akan mengalami perubahan baik isi maupun bentuknya dalam tiap
pribadi manusia. Dengan demikian, ilmu pendidikan agama Islam bisa dikatakan berfaham
nativisme, yaitu suatu paham yang menyatakan bahwa perkembangan manusia dalam
hidupnya secara mutlak ditentukan oleh potensi dasarnya.
b.
Mengandung
kecenderungan netral, dijelaskan dalam al-Qur'an surah An-Nahl/16: 78
78. dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan
tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan
hati, agar kamu bersyukur.
Menurut Mohammad Fadhil al-Djamaly
yang dikutip M. Arifin mengatakan, bahwa ayat di atas menjadi petunjuk untuk
melakukan usaha pendidikan secara eksternal oleh peserta didik. Dengan
demikian, pengertian fitrah menurut interpretasi kedua ini, tidak dapat sejalan
dengan empirisme, karena faktor fitrah tidak hanya mengandung kemampuan dasar
pasif yang beraspek hanya pada kecerdasan
semata dalam kaitannya
dengan pengembangan ilmu pengetahuan, melainkan mengandung pada tabiat atau watak dan kecenderungan untuk
mengacu kepada pengaruh lingkungan eksternal.
c.
Konsep
al-Qur'an yang menunjukkan, bahwa tiap manusia diberikan kecenderungan nafsu
untuk menjadikanya kafir bagi yang ingkar terhadap Tuhannya dan kecenderungan
yang membawa sikap bertaqwa, menaati perintah Allah swt.
Jelaslah bahwa faktor kemampuan
memilih yang terdapat dalam fitrah (human nature) manusia berpusat pada
kemampuan berfikir sehat (berakal sehat), karena akal sehat mampu membedakan
hal-hal yang benar dan yang salah. Sedangkan yang mampu memilih yang benar
secara tepat hanyalah orang-orang berpendidikan sehat.
Sejalan dengan interpretasi
tersebut, maka dikatakan bahwa pengaruh faktor lingkungan yang sengaja adalah
pendidikan dan latihan berproses interaktif dengan kemampuan fitrah manusia.
Dalam pengertian ini, pendidikan agama Islam berproses secara konvergensis yang
dapat membawa kepada paham konvergensi dalam pendidikan agama Islam.
2. Teori Koneksionisme
Teori koneksionisme (connectionism)
adalah teori yang ditemukan dan dikembangkan
oleh Edward L. Thorndike berdasarkan
eksperimen yang ia lakukan pada tahun 1980-an. Eksperimen Thondike ini
menggunakan hewan-hewan terutama kucing untuk mengetahui fenomena belajar.[5] Menurut teori ini belajar adalah pembentukan
atau penguatan hubungan
antara stimulus dan
respons.[6] Misalnya, seorang
guru memberikan pertanyaan kepada
siswa, Apa kitab
suci agama Islam?
Kemudian siswa
menjawab “Al Qur’an”, kemudian
guru menilai benar dan dilanjutkan tepuk
tangan. Pertanyaan Apa
kitab suci agama
Islam? Itu
adalah sebagai stimulus,
sedangkan jawaban Al
Qur’an adalah sebagai
bentuk respon, dan
guru menjawab benar
dan dilanjutkan tepuk tangan itu sebagai penguat.
Dalam penelitiannya Thorndike menyimpulkan
bahwa proses belajar melalui dua bentuk yaitu trial and error dan law and effect.[7] Law and effect
mengandung arti bahwa segala tingkah laku yang mengakibatkan
suatu keadaan yang memuaskan
akan diingat dan dipelajari dengan sebaik-baiknya. Adapun tingkah laku
yang mengakibatkan ketidaksenangan akan
diabaikan dan dilupakan.
Kaitannya dalam pendidikan adanya sistem reward and punishment, dimana
guru akan memberikan
penghargaan bagi siswa yang bisa menjawab pertanyaan
dan siswa yang
tidak bisa menjawab pertanyaan diberi hukuman.
3. Teori Pavlovionisme
Teori Pavlovionisme atau teori
pembiasaan klasikal (clasical conditioning)
ini berkembang berdasarkan
eksperimen yang dilakukan oleh
Ivan Pavlov, seorang
ilmuwan besar Rusia
yang berhasil menggondol hadiah
Nobel paa tahun
1909. Pada dasarnya classical conditioning
adalah sebuah prosedur
penciptaan refleks baru dengan cara mendatangkan stimulus sebelum
terjadinya refleks tersebut.[8] Teori ini
bisa dikatakan refleks
bersyarat.[9]
Misalnya, seorang pengendara motor tentu akan berhenti ketika melihat lampu lalu lintas berwarna
merah dan akan segera bergerak ketika
melihat lampu lalu lintas berwarna hijau.
C. Arti
pembelajaran
Pembelajaran adalah
proses yang diselenggarakan oleh
guru untuk membelajarkan siswa
dalam belajar bagaimana
belajar memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan dan sikap.[10] Prof.
Dr. Sukintaka Pembelajaran
mengandung pengertian, bagaimana
para guru mengajarkan sesuatu
kepada peserta didik, tetapi disamping itu juga terjadi peristiwa
bagaimana peserta didik
mempelajarinya. Jadi, di dalam
suatu peristiwa pembelajaran
terjadi dua kejadian
secara bersama, ialah pertama,
ada satu pihak
yang memberi dan
kedua, pihak lain yang menerima. Oleh sebab itu, dalam peristiwa
tersebut dapat dikatakan terjadi proses interaksi edukatif.[11]
D. Metode Pembelajaran PAI di
SMP 2 Kapuas Hilir
1. Metode Ceramah
Secara bahasa metode ceramah yang
berasal dari kata lecture,memiliki arti dosen atau metode dosen, metode ini lebih
banyak dipergunakan dikalangan dosen,
karena dosen memberikan kuliah mimbar dan disampaikan dengan ceramah
dengan pertimbangan dosen berhadapan dengan banyak mahasiswa yang mengikuti
perkuliahan.
Sedangkan secara istilah metode
ceramah adalah cara penyampaian sebuah materi pelajaran dengan cara penuturan
lisan kepada siswa atau khalayak ramai.[12] Metode
ceramah disebut juga dengan metode mauidzah khasanah merupakan metode
pembelajaran yang sangat populer dikalangan para pendidik agama islam. Metode
ini menekankan pada pemberian dan penyampaian informasi kepada anak didik.
Dalam pelaksanaannya, pendidik bisa menyampaikan materi agama dengan cara
persuasive, memberikan motivasi, baik berupa kisah teladan atau memberikan
metafora (amtsal) sehingga peserta didik dapat mencerna dengan mudah apa yang
disampaikan.[13]
Metode ceramah adalah teknik
penyampaian pesan pengajaran yang sudah lazim dipakai oleh para guru disekolah.
Ceramah diartikan sebagai suatu cara penyampaian bahan secara lisan oleh guru
dimuka kelas.[14]
Metode ceramah yang berasal dari kata lecture,memiliki arti dosen atau metode
dosen, metode ini lebih banyak dipergunakan dikalangan dosen, karena dosen
memberikan kuliah mimbar dan disampaikan dengan ceramah dengan pertimbangan
dosen berhadapan dengan banyak mahasiswa yang mengikuti perkuliahan. Metode
cermah ini berbentuk penjelasan konsep, prinsip dan fakta pada akhir perkuliahan
ditutup dengan Tanya jawab antara dosen dengan mahasiswa.[15]
2. Metode Demonstrasi
Demonstrasi merupakan metode yang
sangat efektif, sebab membantu siswa untuk mencari jawaban dengan usaha
sendiri, berdasarkan fakta atau data yang benar. Metode demonstrasi merupakan
metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa
tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya
sekadar tiruan. Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas
dari penjelasan secara
lisan
oleh
guru.
Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa hanya sekadar memerhatikan, akan tetapi
demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkret.[16]
3. Metode Diskusi
Metode diskusi
adalah cara penyampaian
bahan pelajaran dimana
guru memberi kesempatan kepada
siswa untuk mengumpulkan
pendapat, membuat kesimpulan
atau menyusun berbagai alternatif
pemecahan masalah. Dalam
kehidupan modern ini banyak
sekali masalah yang dihadapi
oleh manusia; sedemikian kompleksnya masalah tersebut,
sehingga tak mungkin hanya
dipecahkan dengan satu
jawaban saja, melainkan
harus menggunakan segala pengetahuan yang
kita miliki untuk
mencari pemecahan yang
terbaik. Ada kemungkinan terdapat lebih
dari satu jawaban
yang benar sehingga
kita harus menemukan
jawaban yang paling tepat
diantara sekian banyak jawaban tersebut.[17]
Kecakapan untuk memecahkan masalah
tersebut dapat dipelajari. Untuk itu siswa harus dilatih sejak
kecil. Persoalan yang
kompleks sering kita
jumpai dalam kehidupan bermasyarakat karenanya dibutuhkan
pemecahan atas dasar
kerjasama. Dalam hal
ini diskusi merupakan jalan
yang banyak memberi
kemungkinan pemecahan terbaik.
Selain memberi kesempatan untuk
mengembangkan keterampilan memecahkan
masalah, juga dalam kehidupan yang
demokratis, kita diajak
untuk hidup bermusyawarah, mencari
keputusan keputusan atas dasar
persetujuan bersama. Bagi anakanak,
latihan untuk peranan kepemimpinan serta peranan peserta
dalam kehidupan di masyarakat.
Metode diskusi adalah metode pembelajaran
yang menghadapkan siswa
pada suatu permasalahan. Tujuan utama
metode ini adalah
untuk memecahkan suatu
permasalahan, menjawab
pertanyaan, menambah dan
memahami pengetahuan siswa,
serta untuk membuat suatu keputusan .
Karena itu, diskusi
bukanlah debat yang
bersifat mengadu argumentasi. Diskusi lebih
bersifat bertukar pengalaman
untuk menentukan keputusan
tertentu secara bersamasama.
4. Metode Tanya Jawab
Metode Tanya jawab adalah
penyampaian pelajaran dengan cara guru mengajukan pertanyaan dan murid
menjawab, atau sebaliknya.[18]Dalam
pengertian lain yaitu menurut Ahmad Munjin Nasih metode Tanya jawab adalah
suatu metode pembelajaran yang menekankan pada cara penyampaian materi
pembelajaran oleh guru dengan jalan mengajukan pertanyaan dan peserta didik
memberikan jawaban.[19] Menurut
Basyiruddin usman metode Tanya jawab adalah penyampaian pesan pengajaran dengan
cara mengajukan pertanyaan pertanyaan dan siswa memberikan jawaban, atau
sebaliknya siswa diberi kesempatan bertanya dan guru menjawab pertanyaan.[20]
Pada hakekatnya metode tanya jawab
berusaha menanyakan apakah siswa telah mengetahui faktafakta tertentu yang
sudah diajarkan, dalam hal lain guru juga bermaksud ingin mengetahui
tingkattingkat proses pemikiran siswa. Melalui metode tanyajawab guru ingin
mencari jawaban yang tepat dan faktual.
5. Metode Resitasi
Metode pemberian tugas merupakan
metode pembelajaran yang menekankan pada pemberian tugas oleh guru kepada anak
didik untuk menyelesaikan sejumlah kecakapan, keterampilan tertentu.
Selanjutnya hasil penyelesaikan tugas tersebut dipertanggungjawabkan kepada
guru. Dalam pelaksanaannnya anak didik tidak hanya dapat menyelesaikan dirumah tetapi
dapat juga menyelesaikan diperpustakaan, laboratorium, ruang praktikum dan lain
sebaginya.[21]
Metode resitasi, disamping
merangsang siswa untuk aktif belajar, baik individual maupun berkelompok, juga
menanamkan tanggung jawab. Oleh sebab itu tugas dapat diberikan secara
individual ataupun secara berkelompok.
Dalam pembelajaran pendidikan agama
islam, metode resitasi dapat digunakan untuk
berbagai materi yang terakit erat dengan
aspek knowledge, aspek afeksi
dan psikomotor. Materimateri yang bisa diajarkan dengan metode
resitasi ini misalnya materi tentang sejarah islam dan lain sebagainya.[22]
E. Psikologi Anak Usia SMP
1. Pengertian Dan Ruang
Lingkup Anak Usia SMP
Remaja dalam bahasa aslinya disebut
adolescence, berasal dari bahasa adolescereyang berarti “tumbuh atau tumbuh
untuk mencapai kematangan”. Perkembangan lebih lanjut, istilah adolescence sesungguhnya memiliki arti
mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik.
Secara umum remaja dapat
didefinisikan sebagai suatu tahap perkembangan pada individu, dimana remaja
mengalami perkembangan biologis, psikologis dan lain-lain. Remaja juga
merupakan pola identifikasi dari anak-anak menjadi dewasa. Dapat dikatakan
juga, bahwa remaja adalah masa transisi dari periode anak-anak menuju dewasa.
Untuk memudahkan identifikasi, biasanya masa remaja dibatasi oleh waktu
tertentu.
WHO membagi 2 tahap usia remaja
yaitu:
a. Remaja Awal : 10 – 14
tahun
b. Remaja akhir : 15 – 20
tahun
Oleh karena itu, anak usia Sekolah Menengah
Pertama (SMP) dapat dikategorikan sebagai anak usia remaja awal. Pada umumnya
ketika usia Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah masa remaja awal setelah
mereka melalui masa-masa pendidikan Sekolah Dasar. Remaja awal ini berkisar
antara umur 10-14 tahun. Masa remaja awal atau masa puber adalah periode unik
dan khusus yang ditandai dengan perubahanperubahan perkembangan yang tidak
terjadi dalam tahap-tahap lain dalam rentang kehidupan.
Pengkategorian anak
menurut usia dapat
dilihat dari berbagai
aspek, tergantung urgensinya.
Dilihat dariperiodisasi pertumbuhan
dan perkembangan manusia, Elizabeth
B. Hurlock (Galih Rosy, 2007) memberikankategori sebagai berikut:
Prenatal : Saat konsepsi sampai lahir
Masa Neonatus : lahir sampai akhir minggu kedua setelah lahir
Masa Bayi : Akhir minggu kedua sampai akhir tahun kedua
Masa kanakkanak awal : 2 tahun sampai 6 tahun
Masa kanakkanak akhir : 6 sampai 10/11 tahun
Pubertas : 10/12 sampai 13/14 tahun
Masa Remaja Awal : 13/14 – 17 tahun
Masa Remaja Akhir : 17 – 21 tahun
Masa Dewasa Awal : 21 – 40 Tahun
Masa Setengah Baya : 40 – 60 tahun
Masa Tua : 60 – meninggal dunia
Dengan demikian
kategori anak usia
12 – 15
tahun berada dalam
masa pubertas hingga
masuk masaremaja awal.
Kemudian secara
biologis Prof. Dr.
Ny. Sumiati Ahmad
Mohammad (Galih Rosy,
2007) membagi periodisasi
perkembangan manusia sebagai berikut :
01 tahun = masa bayi
16 tahun = masa prasekolah
610 tahun = masa sekolah
1020 tahun = masa pubertas
4065 tahun = masa setengah umur (prasenium)
65 tahun keatas = masa lanjut usia ( senium)
Dengan demikian
secara biologis kategoti
anak usia 12
– 15 tahun berada dalam
masa pubertas (10 – 20 tahun).
Dilihat dari aspek pendidikan,
pada Data Statistik
Indonesia (Gunawan, 2006)
diperoleh kategori usiaberdasarkan jenjang pendidikan yang
penulis modifikasi sebagai berikut :
No
|
Jenjang Pendidikan
|
Kelompok Usia
|
1
|
PRA SEKOLAH
|
0 – 6 tahun
|
2
|
SD
|
7 – 12 tahun
|
3
|
SMP
|
13 – 15 tahun
|
4
|
SMU
|
16 – 19 tahun
|
5
|
PT
|
19 tahun ke atas
|
Berdasarkan uraian
di atas kita
dapat menyimpulkan bahwa
kategori anak usia
13 – 15
tahun termasukdalam masa remaja,
masa pubertas dan masa sekolah pada jenjang Sekolah Menengah Pertama.
2. Ciri-ciri Masa Remaja
Masa remaja adalah suatu masa
perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik
maupun psikologis. Ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja.
a. Ciri Fisik/Biologis
Pada saat seorang anak memasuki masa
pubertas yang ditandai dengan menstruasi pertama pada remaja perempuan dan
perubahan suara pada remaja laki-laki. Saat itu, secara biologis remaja
mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan seorang anak
tiba-tiba memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi.
Pada masa pubertas, hormon seseorang
menjadi aktif dalam memproduksi dua jenis hormon (gonadotrophinsatau
gonadotrophic hormones) yang saling berhubungan dengan pertumbuhan, yaitu : 1)
Follicle–Stimulating Hormone(FSH); dan Luteinizing Hormone (LH). Pada anak
perempuan, kedua hormon tersebut merangsang pertumbuhan estrogendan
progesterone; dua jenis hormon
kewanitaan. Pada anak laki-laki, luteinizing hormoneyang juga dinamakan
Interstitial-Cell Stimulating Hormone(ICSH) merangsang pertumbuhan
testosterone. Pertumbuhan secara cepat dari hormonhormon tersebut diatas
merubah sistem biologis seorang anak.
Anak perempuan akan mendpat
menstruasi, sebagai pertanda bahwa system reproduksinya sudah efektif. Selain
itu terjadi juga perubahan fisik seperti payudara mulai berkembang. Anak
laki-laki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara, otot dan fisik lainnya
yang berhubungan dengan tumbuhnya hormone testosterone. Bentuk fisik mereka
akan berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan membawa mereka pada
dunia remaja.
b. Ciri Psikologis
Secara umum, dari sisi psikologis
seorang remaja memiliki beberapa ciri sebagai berikut:
1) Kegelisahan
Remaja mempunyai banyak idealisme
angan-angan atau keinginan yang hendak diwujudkan di masa depan. Akan tetapi
sesungguhnya remaja belum memiliki banyak kemampuan yang memadai untuk
mewujudkan semua itu. Tarik menarik antara angan yang tinggi dengan kemampuan
yang belum memadai mengakibatkan mereka diliputi perasaan gelisah.
2) Pertentangan
Pertentangan pendapat remaja dengan
lingkungan khususnya orang tua mengakibatkan kebingungan dalam diri remaja itu
sendiri maupun pada orang lain.
3) Mengkhayal
Keinginan menjelajah dan
berpetualang tidak semuanya tersalurkan. Biasanya terhambat dari segi biaya,
oleh karena itu mereka lalu mengkhayal mencari kepuasan. Khayalan ini tidak
selamanya bersifat negatif, justru kadang menjadi sesuatu yang konstruktif. Misalnya
munculnya sebuah ide cemerlang.
4) Aktivitas kelompok
Berbagai macam keinginan remaja
dapat tersalurkan setelah mereka berkumpul dengan rekan sebaya untuk melakukan
kegiatan bersama.
5) Keinginan mencoba segala
sesuatu
Remaja memiliki rasa ingin tahu yang
tinggi (high curiosity), mereka lalu menjelajah segala sesuatu dan mencoba
segala sesuatu yang belum pernah dialaminya.
Ciri-ciri penting pada masa remaja awal atau anak SMP sebagai
berikut :
a) Pada masa ini terjadi
kematangan alat-alat seksual
Dengan tumbuh dan kembangnya
fungsi-fungsi organ maka ciriciri seks sekunder mulai berkembang seperti
tumbuhnya rambut pubis dan timbulnya jakunpada anak laki-laki. Sedangkan pada
anak perempuan mulai memasuki masa menstruasi dan mulai tumbuhnya buah dada.
Dengan adanya kedewasaan biologis ini, remaja
memilik kemampuan biologis yang sama dengan orang-orang dewasa lainnya
dalam hal reproduksi.
b) Masa remaja awal
merupakan periode yang singkat
Dibandingkan dengan banyaknya
perubahan yang terjadi di dalam perkembangan manusia maka masa puber merupakan
periode yang paling singkat, yaitu sekitar dua sampai empat tahun pada usianya.
c) Masa remaja awal
merupakan masa pertumbuhan dan perubahan yang pesat
Perubahan-perubahan yang pesat ini
akan menimbulkan dampak pada anak. Misalnya timbul keraguan, perasaan tidak
mampu dan tidak aman dan dalam beberapa hal memungkinkan timbulnya perilaku
negatif.
d) Masa remaja awal
merupakan masa negatif
Pada masa ini anak cenderung
mengambil sikap anti terhadap kehidupan atau kehilangan sifat-sifat baiknya
yang pada masa sebelumnya sudah berkembang. Kondisi ini merupakan sesuatu yang
wajar. Beberapa ahli psikologi perkembangan menyebut ini sebagai masa negatifistik
kedua.
3. Perkembangan anak usia SMP
Selama di SMP/ MTs seluruh aspek
perkembangan manusia yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik mengalami
perubahan sebagai masa transisi dari masa anak-anak menjadi masa dewasa. Masa
remaja danperubahan yang menyertainya merupakan fenomena yang harus di hadapi
oleh guru.
a. Perkembangan aspek
kognitif
Arajoo T.V (1986) menyatakan bahwa
aspek kognitif meliputi fungsi intelektual seperti pemahaman, pengetahuan dan
ketrampilan berpikir. Untuk siswa SMP perkembangan kognitif utama yang dialami
adalah formal operasional, yang mampu berpikir abstrak dengan menggunakan
simbol-simbol tertentu atau mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal yang
tidak terikat lagi oleh objek-objek yang bersifat konkrit, seperti peningkatan
kemampuan analisis, kemampuan mengembangkan suatu kemungkinan berdasarkan dua
atau lebih kemungkinan yang ada, kemampuan menarik generalisasi dan inferensasi
dari berbagai kategori objek yang beragam. Selain itu ada peningkatan fungsi
intelektual, kapabilitas memori dalam bahasa dan perkembangan konseptual. Dengan kata lain, bahasa
merupakan salah satu alat vital untuk kegiatan kognitif.
b. Perkembangan aspek
afektif
Menurut Arajoo T.V (1986), ranah
afektif menyangkut perasaan, modal dan emosi. Perkembangan afektif siswa SMP
mencakup proses belajar perilaku dengan orang lain atau sosialisasi. Sebagian
besar sosialisasi berlangsung lewat pemodelan dan peniruan orang lain.
c. Perkembangan psikomotorik
Wuest & Combardo (1974)
menyatakan bahwa perkembangan aspek psikomotorik seusia SMP ditandai dengan
perubahan jasmani dan fisiologis sex yang luar biasa. Salah satu perubahan luar
biasa tersebut adalah perubahan pertumbuhan tinggi badan dan berat badan,
sering menganggap diri mereka serba mampu, sehingga seringkali mereka terlihat
“tidak memikirkan akibat” dari perbuatan mereka, dan kadang mengalami proses
pencarian jati diri.[23]
BAB III
PENUTUP
Simpulan
1.
Belajar merupakan
suatu proses usaha
sadar yang dilakukan
oleh individu untuk
suatu perubahan dari tidak
tahu menjadi tahu,
dari tidak memiliki
sikap menjadi bersikap
benar, dari tidak terampil
menjadi terampil melakukan
sesuatu
2.
Teori
belajar pembelajaran PAI1 yaitu Teori Fitrah, Teori Koneksionisme, Teori
Pavlovionisme, Teori Pembiasaan Perilaku Respons.
3.
Pembelajaran adalah
proses yang diselenggarakan oleh
guru untuk membelajarkan siswa
dalam belajar bagaimana
belajar memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan dan sikap.
4.
Metode
Pembelajaran PAI di SMPN 2 Kapuas Hilir : metode ceramah, metode demonstrasi,
metode tanya jawab, metode diskusi, dan metode resitasi (penugasan).
5.
Secara
umum remaja dapat didefinisikan sebagai suatu tahap perkembangan pada individu,
dimana remaja mengalami perkembangan biologis, psikologis, moral dan agama.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Armai, Pengantar
Ilmu dan Metodologi Pendidikan
Islam, Jakarta Selatan, Ciputat
Pers, 2002
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta, PT.
Rineka Cipta, 2006
Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar, Jakarta, Rineka
Cipta, 2011
Hamzah, “Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Matematika
Siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri di Bandung Melalui Pendekatan
Problem Posing”. Desertasi Doktor pada PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan
Mahmud, Psikologi Pendidikan, Bandung, CV. Pustaka Setia,
2010
Martinis. Strategi
Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Jakarta, Gaung Persada, 2009
Nasih, Ahmad Munjin. Metode dan
Teknik Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam. Bandung, PT Refika
Aditama, 2009
Nasih, Ahmad Munjin. Metode dan
Teknik Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam. Bandung, PT
Adikata Pertama, 2001
Syah, Muhibbin , Psikologi Pendidikan
suatu Pendekatan Baru,
Cet. III, Bandung, Remaja
Rosdakarya, 1996
Sukintaka, Teori Pendidikan Jasmani, Filosofis, Pembelajaran dan
Masa Depan, Bandung, Nuansa Cendekia, 2004
Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan. Jakarta,
PT Raja Grafindo Persada, 2010
Tim Dosen IAIN Sunan Ampel Malang. Dasar-Dasar Kependidikan Islam, Surabaya,
PT. Karya Aditama
Uno, Hamzah B, Perencanaan
pembelajaran, Jakarta, Bumi Aksara, 2006
Usman, M. Basyiruddin. Metodologi Pembelajaran
Agama Islam, Jakarta Selatan, Ciputat Pers, 2002
[1] Tim Dosen IAIN
Sunan Ampel Malang. Dasar-Dasar Kependidikan Islam (Surabaya: P.T Karya
Aditama) hlm 127
[2] Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan. (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2010), h.232
[3] Hamzah B Uno, Perencanaan
pembelajaran, (Jakarta : Bumi Aksara, 2006), h. 4
[4]
Hamzah, “Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Matematika Siswa Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama Negeri di Bandung Melalui Pendekatan Problem Posing”.
Desertasi Doktor pada PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan
[5] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan
suatu Pendekatan Baru,
Cet. III, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1996), h. 103.
[6]
Mahmud, Psikologi Pendidikan, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010), h. 75
[7]
Mahmud, Psikologi Pendidikan, ibid., h. 76
[8] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan
suatu Pendekatan Baru, op.cit., h. 105
[9] Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2011), h. 26
[10]
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2006), h. 157.
[11] Sukintaka,
Teori Pendidikan Jasmani, Filosofis, Pembelajaran dan Masa Depan, (Bandung:
Nuansa Cendekia, 2004), h. 55
[12]
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta Selatan: Ciputat Pers, 2002), h.135 136
[13]
Ahmad Munjin Nasih. Metode
dan Teknik Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam. (Bandung: PT Refika
Aditama, 2009), h. 49 50
[14] M.
Basyir uddin Usman. Metodologi
Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta Selatan: Ciputat Pers, 2002),
h. 34
[15]
Martinis. Strategi Pembelajaran Berbasis
Kompetensi, (Jakarta: Gaung
Persada, 2009), h. 65
[16] Armai
Arief , Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan
Islam, op. cit., h. 100
[17]Ahmad Munjin
Nasih. Metode dan
Teknik Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam, op. cit., h.57
[18]Armai
Arief , Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan
Islam, op. cit., h. 140
[19]Ahmad Munjin
Nasih. Metode dan
Teknik Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam. op. cit.,
h.53
[20]
Basyiruddin Usman. Metodologi Pembelajaran
Agama Islam. (Jakarta:
Ciputat Pers, 2002), h.43
[21]Ahmad
Munjin Nasih. Metode dan
Teknik Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam. (Bandung: PT
Adikata Pertama, 2001), h. 71
[22]Ahmad
Munjin. Metode dan Teknik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Ibid., h.
71
[23]Program Pengembangan Kompetensi Profesi Pendidik (Ppkpp), “Identitas
Dan Karakteristik Peserta Didik Usia Sekolah Menengah Pertama” (Universitas
Ahmad Dahlan: 2009), h. 3-7
Teori dan Praktik SMPN 2 Kapuas Hilir
Teori dan Praktik SMPN 2 Kapuas Hilir
No comments:
Post a Comment